Pondok Pesantren AnNahdlah Tarwih 20 Rakaat

Pondok Pesantren AnNahdlah Tarwih 20 Rakaat

Shalat Tarwih adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada bulan ramadhan. Dan tidak ada perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin mengenai kedudukan shalat tarwih sebagai ibadah sunnat. Yang menjadi persoalan di sebagian kaum muslimin adalah mengenai jumlah raka’atnya, ada yang 8 raka’at dan witir 3 raka’at, 20 raka’at dan witir 3 raka’at , bahkan 36 raka’at tambah witir 3 raka’at.
Warga An Nahdlah berkeyakinan shalat tarwih itu 20 raka’at tambah witir 3 raka’at sebagaimana pendapat yang diutarakan oleh pimpinan umum sekagus pendiri Pesantren An Nahdlah UP. (Drs. KH. Muh. Harisah AS) berdasarkan hadis-hadis yang shahih.
Dasar Hukum Dari Hadis Nabi saw.
1. Hadis Anjuran Shalat Tarawih

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ .

Artinya: Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda; Barangsiapa yang menghidupkan (shalat tarwih) bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah pasti diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari, Muslim, al- Nasai, al- Tirmizi, dan Ahmad).
Hadis yang lain;

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَّى فِى الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا
مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِى صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِى مِنَ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلاَّ أَنِّى خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُم .

Artinya; Dari A’isyah sesungguhnya Rasulullah saw. pada suatu malam shalat di mesjid, maka orang-orang (ikut) shalat bersama beliau. Kemudian beliau shalat (dihari berikutnya) dan orang-orangpun banyak yang ikut. Kemudian di malam ketiga atau keempat (perawi ragu, apakah dimalam ketiga atau keempat) mereka telah berkumpul, maka Rasulullah saw. tidak keluar (untuk shalat bersama mereka). Ketika tiba waktu shalat subuh beliau bersabda: sesungguhnya aku melihat yang telah kalian lakukan dan tidak ada yang melarang aku keluar kepada kalian kecuali sungguh aku khawatir, shalat itu akan wajib bagi kalian. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, al- Nasai dan Ahmad).
Hadis tersebut di atas merupakan anjuran untuk melaksanakan shalat tarwih. Dan Nabi saw. telah melaksanakan secara berjamaah bersama para sahabatnya sebagaimana disebutkan pada hadis riwayat ‘Aisyah di atas. Lalu beliau tinggalkan karena khawatir shalat tersebut akan wajib bagi mereka.

2. Jumlah Rakaat Shalat Tarwih
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً .
Artinya: Dari Yazid bin Ruman sesungguhnya ia berkata; dulu orang-orang shalat (tarwih dan witir) di masa Umar bin Al- Khathab pada bulan ramadhan 23 rakaat. (Dalam kitab al- Muwaththa’ oleh Imam Malik).
Hadis yang lain;

عن السائب بن يزيد قال : كانوا يقومون على عهد عمر بن الخطاب رضي الله عنه في شهر رمضان بعشرين ركعة …

Artinya: Dari al- Saib bin Yazid ia berkata; mereka shalat (tarwih) pada masa Umar bin al- Khathab ra. dibulan ramadhan dengan 20 rakaat. (HR. Al- Baihaqi).
Dari kedua hadis tersebut menunjukkan bahwa masa Umar bin Al- Khathab ra. melaksanakan shalat tarwih 20 rakaat. Adapun hadis riwayat Yazid bin Ruman tersebut di atas yang mengatakan 23 raka’at. Yang dimaksud adalah 20 raka’at shalat tarwih dan 3 rakaat shalat witir. Dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, Imam Al-Tirmidzi menyatakan bahwa Umar, Ali, dan sahabat lainnya melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat selain witir. Pendapat ini didukung oleh Imam Al- Tsauri, Imam Ibnu Mubarak dan Imam Al-Syafi’i.
Pada masa Umar bin Abdul Aziz, kaum muslimin shalat tarawih hingga 36 raka’at ditambah witir 3 rakaat. Dalam riwayat disebutkan, Imam Malik berkata bahwa hal itu telah lama dilaksanakan. Penduduk Madinah juga melaksanakan sebanyak 36 rakaat, sedangkan penduduk Mekah melaksanakan sebanyak 20 rakaat dan disetiap dua rakaat mereka thawaf sebanyak 7 kali.
Yang sangat disayang, terutama di bulan Ramahdan banyak terdengar suara yang membid’ahkan bahkan menyesatkan shalat tarwih 20 raka’at.
Berdasarkan hadis-hadis shahih sebagaimana tersebut di atas, shalat tarwih merupakan shalat sunnat yang sangat dianjurkan, terdiri dari 20 raka’at di luar shalat witir 3 raka’at. Itulah yang dilakukan kaum muslimin sejak masa khalifah Umar bin Khathab hingga sekarang. Di antara empat mazhab Ahlussunah, yaitu: mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, hanya Imam Maliklah yang berbeda pendapat. Ia berpendapat bukan 20 raka’at tapi 36 raka’at tambah witir 3 raka’at hingga jumlahnya 39 raka’at.
Dalam kitab Syarhul Muhadzdzab, Nafi’ meriwayatkan “Aku menyaksikan sendiri, ketika itu kaum muslimin shalat malam (shalat tarwih) di bulan Ramadhan 39 raka’at termasuk di dalamnya shalat witir”. Akan tetapi riwayat yang lebih masyhur dan telah disepakati oleh tiga mazhab Ahlussunnah (Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali) ialah 20 raka’at. Dan akhirnya mazhab Maliki menerima juga apa yang telah disepakati oleh tiga mazhab tersebut.
Dengan demikian, 20 raka’at shalat tarwih merupakan kesepakatan bulat di kalangan empat mazhab Ahlussunnah Waljama’ah.

3. Cara Pelaksanaan Shalat Tarwih

Hal ini digambarkan dalam hadis Nabi saw. dari Abdullah bin Umar, yang dikeluarkan oleh Imam Al- Bukhari, Muslim, Abu Daud, Al- Nasai, Al- Tirmidzi, Ahmad dan lain-lain. Untuk mewakili beberapa riwayat tersebut penulis paparkan lafaz yang dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya adalah sebagai berikut;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّهُ قَالَ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ صَلاَةُ اللَّيْلِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ .

Artinya: Dari Abdullah bin Umar bin Al- Khathab beliau berkata; sesunggunya seorang laki-laki berdiri dan bertanya, wahai Rasulullah bagaimana (cara pelaksanaan) shalat malam?, Rasulullah saw. menjawab “shalat malam itu dua rakaat, dua rakaat. Bila kamu khawatir masuknya shalat subuh maka witirlah satu rakaat.
Adapun yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya adalah;

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ عَنْ صَلاَةِ اللَّيْلِ ، فَقَالَ : صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، تُسَلِّمُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ ، فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَصَلِّ رَكْعَةً تُوتِرُ لَكَ مَا قَبْلَهَا.

Artinya: Dari Ibn Umar beliau berkata; Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan ia bertanya kepada beliau (Nabi) tentang shalat malam. Maka Nabi menjawab; shalat malam itu dua rakaat, dua rakat setiap dua rakaat memberi salam, jika kamu khawatir masuk waktu subuh maka shalatlah satu rakaat …
Kedua riwayat tersebut menginformasikan bahwa Nabi saw. memberi salam disetiap dua rakaat dalam shalat malamnya. Sedangkan shalat tarwih merupakan bagian dari shalat malam.
Wallahu A’alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berakhirnya Dinasty Ayyubiyah

Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasty Ayyubiyah

Hukum Pencurian Dalam Islam