Profil Ustadz Muh. Nur Maulana

Profil Ustadz Muh. Nur Maulana

Sapaan jamaah dengan dialek dan intonasi yang khas selalu disebutkannya saat berdakwah. Siapakah dia? Setiap pagi, Ustad Maulana dengan setia menyapa umat melalui tayangan dakwah Islam Itu Indah di Trans TV.

Sosok 'i satu ini boleh dikata unik. Jenaka, murah senyum dan cepat akrab dengan siapa saja, baik terhadap anak-anak, remaja, orangtua, maupun pejabat adalah karakternya.

Siapa saja, bisa mengajaknya berkomunikasi. Dijamin bisa langsung akrab dengannya. Maklum, ia tak suka menjaga wibawa. Mungkin karena kelebihannya itulah ia kemudian akrab dipanggil Ustad Gaul. Ia pun tak keberatan dengan sebutan Ustad Gaul.


Tentang Ustad Maulana
Nama: M Nur Maulana
Lahir: Makassar, 20 September 1974
Anak ke: keempat dari tujuh bersaudara
Ayah: Maulana
Ibu: Masyita
Pendidikan: Pesantren An Nahdah Makassar (lulus 1994)
Pekerjaan:
- Guru Agama Islam SD Mangkura
- Guru SD Islam Athirah
- Pesantren An Nahdah
Istri: Nur Aliah
Anak: Munawar
Alamat rumah: Jl Sibula Dalam No 15, Makassar.

Gaya Ceramahnya Dibanjiri Kritik Juga Pujian

CARA ceramah Ustadz Muhammad Nur Maulana yang ringan dan sering diselingi senda gurau dianggap lebay. Bahkan di jejaring sosial, Nur Maulana dihujani kritik pedas yang memojokkan. Nur Maulana pun menangis saat membaca kritik-kritik itu.
Dengan intonasi dan gerakan khas, Ustadz M Nur Maulana (37) menyapa jemaahnya di acara Islam Itu Indah (Trans TV) dengan “Jamaah oh jamaah”. Panggilan yang tengah populer dan identik dengan ustadz asal Makassar ini. Anak-anak hingga remaja gemar menirukan ucapannya.
Ada juga yang memanggilnya Ustadz “Jamaah oh Jamaah”. Namun gaya ceramahnya yang khas, ringan, dan selalu diselingi senda gurau ini membuat Nur Maulana ini dihujani berbagai kritik di jejaring sosial. Cara ceramah Nur Maulana dianggap lebay, kurang berwibawa dan maaf, kemayu.
Saat membaca semua kritik itu, Nur Maulana menangis karena banyak yang memojokkannya. “Saya sampai menangis. Gaya ceramah saya memang seperti itu. Bahkan sejak kali pertama ceramah saat kelas 1 SMP, gaya saya sudah seperti itu. Tidak ada yang dibuatbuat, seperti itulah karakter saya. Itu semua juga tidak ada kaitannya dengan strategi saya dalam berceramah, saya ini memang suka bercanda,” ucap Nur Maulana.
Kritik itu dijadikan cambuk oleh ayah yang kini tengah menanti kelahiran anak keduanya. Namun banyak juga yang memuji cara ceramah Nur Maulana, yang dianggap telah membawa warna baru dalam dunia ceramah. Meski ringan dan diselingi lelucon, materi ceramah Nur Maulana berbobot. Bahkan banyak yang memuji pengetahuan agamanya yang luas.
Trans TV tidak mempermasalahkan gaya ceramah Nur Maulana. Malah dianggap bisa menciptakan suasana santai dan tidak monoton.
“Selama ini, penceramah di Indonesia terkesan kaku, monoton, dan menggurui. Kami ingin memberikan sesuatu yang berbeda dalam berdakwah. Lewat acara Islam Itu Indah kami menyuguhkan sesuatu yang baru, ringan, dan segar di dalam dunia dakwah. Kritik yang menganggap Ustadz Nur Maulana lebay itu berlebihan. Bertahun-tahun mengajar anak TK, SD, SMP telah membentuk karakter Ustadz Nur Maulana seperti itu. Saya menilai, Ustaz Nur Maulana itu bukan lebay tapi childish,” urai Sunka Da Ferry, produser Islam Itu Indah.


Strategi Trans TV berbuah manis. Cara Nur Maulana berdakwah menjadi daya tarik. Hasilnya, Islam Itu Indah beroleh rating cukup bagus dengan share 22 tertinggi untuk acara sejenis.
Popularitas Nur Maulana pun melambung tinggi. Jadwal ceramah ayah Munawaroh (2) ini pun sudah penuh hingga Januari 2012.
“Kritik perlahan-lahan berubah menjadi pujian. Pernah ada ibu-ibu yang berterima kasih karena anaknya yang remaja mau mendalami agama Islam setelah menonton Islam Itu Indah. Itu semua bukan karena saya, tapi karena Allah SWT. Islam itu memang indah,” ucap Nur Maulana.



Jama'ah Protes, Ban Motor pun Digembosi

SEJAK kecil Nur Maulana sudah bercita-cita menjadi seorang ustadz. Namun keinginan itu sempat pudar ketika ayahnya meninggal dunia, saat ia berusia 7 tahun. Pada usia 9 tahun pria asli Bugis ini hidup mandiri dan tidak pernah minta uang kepada ibunya.
“Tidak tega saya minta uang kepada ibu, kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan untuk beli buku paket saja saya tidak mampu,” urainya.
Nur Maulana kecil lalu belajar ilmu agama di Pesantren An-Nahdlah, Makassar. Menimba ilmu di pesantren ini membangkitkan kembali cita-citanya untuk menjadi pendakwah.
“Saya belajar agama, dari pagi hingga malam. Saya menjalaninya dengan senang,” ucapnya.
Saat duduk di kelas 1 SMP, Nur Maulana memberanikan diri ceramah. Gaya berdakwahnya seperti itu sempat dipandang sebelah mata teman-temannya. Awalnya ceramah di lingkungan pesantren, kemudian merambah ke acara syukuran, bahkan dari desa ke desa terpencil.
“Dari dulu, gaya ceramah saya seperti ini. Suka memperagakan suatu cerita dengan gerakan-gerakan lucu. Saat mengajar di TK, SD, dan SMP, gaya saya seperti sedang ceramah. Makanya anak-anak senang kalau saya mempraktikkan sesuatu dengan gerakan. Misalnya gerakan nenek tua yang jalan atau cara ibu memberi perhatian pada anakanaknya,” urainya.
Gaya berceramah Nur Maulana ini saat itu juga sudah mengundang protes. Saat ceramah di suatu masjid, dia dihampiri seseorang yang melontarkan protes.
“Saya jelaskan kepadanya, gaya saya memang seperti itu. Tapi saya senang, akhirnya mereka bisa menerima materi ceramah saya, bahkan sempat tertawa,” ucapnya.

Bentuk protes lain berupa pengempisan ban motor dan busi motornya diambil. Dia terpaksa mendorong motor hingga puluhan kilometer. Itu belum seberapa dibanding pengalamannya saat masih SMA. Usai sekolah, sorenya dia mengajar anak-anak SMP. Setelah maghrib, dia lanjut berdakwah ke pelosok desa-desa terpencil, yang hanya bisa ditempuh dengan bersepeda atau jalan kaki.
“Saya pernah ceramah, jaraknya jauh sekali dan harus jalan kaki. Makin sedih saat musim hujan. Walau sudah pakai payung, tetap saja baju basah,” kenangnya.
Untuk menempuh jarak puluhan kilometer itu, dia juga pernah menumpang truk terbuka. Sering kali, dia tidak mendapat uang transportasi. Namun itu bukan tujuan utamanya; dia senang berbagi ilmu. Kalaupun dipaksa menerima bayaran atau amplop usai ceramah, akan diberikan kepada ibunya. Hal itu berlaku hingga kini.
“Dari tahun 1988 hingga 2000, semua amplop yang saya terima saya serahkan kepada Ibu. Tahun 2000 hingga 2008, uang yang ada di dalam amplop dibagi dua, untuk ibu dan cicilan motor saya. Dari 2008 hingga kini dibagi 3, untuk Ibu, istri saya, dan saya. Saya juga tidak mau tahu nominalnya. Saya lakukan hal itu karena saya ikhlas dalam mensyiarkan agama,” urai Nur Maulana, yang juga menyelingi wawancara ini dengan gurauan.

Terkenal Gara-gara Youtube

LULUS SMA, Nur Maulana sempat mengajar di TK Islam dan SD. Di dua tempat itu, Nur Maulana mengajar beberapa mata pelajaran, kadang juga mengajar olahraga.
“Saya mengajar di sekolah untuk anak-anak miskin. Gurunya terbatas, kondisi sekolahnya juga sangat memprihatinkan,” ucapnya lirih.
Saat muridnya diundang untuk mengisi satu acara, Nur Maulana yang mengajar menari dan paduan suara.
“Di desa terpencil itu, guru harus bisa melakukan apa saja, termasuk mengajar menari. Sejak kecil saya sudah dekat dengan dunia anak-anak, hingga sekarang. Di depan rumah saya, ada satu berkumpul anak-anak. Siapa pun bisa dan bebas bermain,” ujarnya.
Lulus SMA, langkah Nur Maulana kian mantap untuk menjadi ustadz. Usai mengajar, dia sibuk syiar agama. Namun, Nur Maulana lebih sering diundang di acara duka. Mungkin karena ceramahnya ringan dan segar dianggap, bisa menghibur keluarga yang tengah berduka. Saking seringnya diundang ke acara duka, dirinya mendapat julukan “Ustadz Spesial Acara Kematian”.
Cara ceramahnya yang ringan namun berbobot membuat Nur Maulana laris manis di Makassar. Setiap dia ceramah, ada saja yang mengabadikannya dalam bentuk video. Video-video ini tersebar luas. Kabarnya, DVD Nur Maulana sudah terjual sebanyak 2.000 ribu keping.
“Saya tidak tahu bagaimana DVD itu bisa beredar. Namun yang membuat saya terkejut, cover DVD itu memakai foto saya, tapi nama orang lain. Videonya berisi saya sedang ceramah,” ucapnya. Nur Maulana tidak mempermasalahkan. Namun Allah Mahaadil, video ini diunggah ke YouTube.
“Sampai saat ini saya tidak tahu, siapa yang telah memasukkan video saya ke YouTube. Jadi saya juga terkenal karena YouTube, hehehe,” ucapnya.
Video Nur Maulana di YouTube juga ditonton Wishnutama, Direktur Utama Trans TV. Dia lantas memerintahkan anak buahnya untuk mencari Nur Maulana.
“Saya tidak tahu bagaimanacara mereka mendapatkan telepon saya. Saya kaget saat ditelepon Trans TV. Untuk meyakinkan saya ini ustadz yang ada di YouTube, mereka hanya minta saya mengucapkan kalimat, jamaah oh jamaah,” ucap Nur Maulana tertawa geli, sambil menutup mulutnya dengan sorban.
Sejak itu nasib Nur Maulana berubah, namun kepribadiannya tidak berubah. Dia masih menyempatkan diri keliling kampung untuk syiar agama.
“Sampai saat ini saya sering tidak percaya dengan semua ini. Allah itu Mahapemurah dan Mahapenyayang. Setelah 23 tahun ceramah keliling kampung, baru masuk televisi,” ucap Nur Maulana yang masih tinggal di Makassar.
Meski dakwahnya diselingi canda, Nur Maulana sangat menghindari materi ceramah yang berbau pornografi, mengkritik orang, memojokkan agama lain, dan perbedaan pendapat dalam materi berdakwahnya. Dia hanya membahas hal-hal umum saja.
“Penceramah itu bukan berarti lebih baik daripada yang diberi ceramah. Semua materi ceramah saya, akan saya pertanggunggjawabkan kelak setelah saya meninggal,” ucapnya.

Kata Kunci : Profil Ustadz Muhammad Nur Maulana
Sumber : http://ahmadsudaisih.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berakhirnya Dinasty Ayyubiyah

Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasty Ayyubiyah

Hukum Pencurian Dalam Islam