Berakhirnya Dinasty Ayyubiyah
- BERAKHIRNYA DINASTI AYYUBIYAH
Runtuhnya Dinasti
Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan Sultan as-Salih. Pada waktu
itu, tentara dari kaum budak di Mesir (kaum Mamluk) memegang kendali
pemerintahan. Setelah as-Salih meninggal pada tahun 1249 M, kaum
Mamluk mengangkat istri as-Salih, Syajarat ad-Durr sebagai sultanah.
Dengan demikian, berakhirnya kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Meskipun tentara Mongol hendak menyerbu Mesir. Komando tentara islam
dipegang oleh Qutuz, penglima perang Mamluk. Dalam pertemuan di Ain
Jalut. Qutuz berhasil mengalahkan tentara Mongol dengan gemilang.
Selanjutnya, Qutuz mengambil kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak itu,
berakhirnya kekuasaan Dinasti Ayyubiyah
Untuk
mempertahankan kekuasaan, Al-Malik Al-Shalih mendatangkan budak-Budak
dari Turki dalam jumlah besar untuk dilatih kemiliteran yang
ditempatkan di dekat sungai Nil yang juga disebut Laut (Al-Bahr)
seingga mereka disebut Mamluk Al-Bahr.
Setelah
meninggal’ La-Malik Al-Shalih diganti oleh anaknya, Turansyah.
Konflik terjadi antara Turansyah dengan Mamluk Bahr, Turansyah
dianggap mengabaikan peran Mamluk Al-Bahr dan lebih mengutamakan
tentara yang berasal dari Kurdi. Oleh karena itu Mamluk Al-Bahr di
bawah pimpinan Baybars dan Izzudin Aybak melakukan kudeta terhadap
Turansyah (1250 M). Turansyah pun terbunuh, maka berakhirlah dinasti
Ayyubiyah.
Dinasti
Ayubiyyah mula merosot ketika mereka mulai bergantung kepada hamba
yang dibawa dari Turki dan Mongol sebagai tentera. Hamba-hamba ini
mula bertambah kuat dan dikenali sebagai Mamluk. Kekuasaan Ayubiyyah
merosot terus selepas kehilangan Mesir kepada Mamluk pada tahun 1250.
Ayubiyyah terus memerintah Damsyik dan Aleppo sehingga tahun 1260
hingga mereka diusir keluar oleh orang Mongol. Kemarahan Mongol yang
dapat disekat di Ain Jalut oleh tentera Mamluk sehingga menjadikan
Mamluk semakin kuat. Tahun berikutnya hampir seluruh Syria jatuh ke
tangan Mamluk. Kerajaan Ayubiyyah sempat masih terus memerintah
sebagian kecil kawasan Syria seperti Hamah untuk 70 tahun berikutnya
sehingga mereka diduduki oleh Mamluk.
Sultan-sultan
Mesir Ayubiyyah yang terkenal adalah:
1
Salahuddin Al-Ayubbi 1171-1193
2.
Al-Aziz 1193-1198
3.
Al-Mansur 1198-1200
4.
Al-Adil I 1200-1218
5.
Al-Kamil 1218-1238
6.
Al-Adil II 1238-1240
7.
As-Salih Ayyub 1240-1249
8.
Turanshah 1249-1250
Sajarot
ad-dur
(merupakan salah satu dari keturunan sultan Solahudin yang manjadi
titik akhir pemerintahan dinasti Ayyubiyyah yang kemudian berganti
dibawah kekuasaan dinasti Mamalik)
Pendiri dinasti ini sholhuddin lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/1193 M, di mansyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama “Saladin” pahlawan perang salib, dari suku Ayyubiyah suku Kurdi.
Dan di tangan salahuddin lah, Mesir kembali ke mazhab sunni, setelah lama dibawa kekuasaan Fatimiyyah yang syi’i. dalam pemerintahan Salahuddin kecenderungnnya kepada agama lebih menonjol sehingga dapat dikatakan Dinasti Ayyubiyah adalah Dinasti agama (sunni). Hal ini dapat dilihat dari perilakunya dengan memberlakukannya mazhad Hanafi selain Safi’i yang telah berkembang sebelumnya, memberi bantuan kepada sejumlah perguruan hukum, merekrut guru dan Hakim besar dari luar mesir. Prilaku ini dilanjutkan oleh penggantinya, seperti menyebarluaskan identitas keagamaan Sunni, dengan membangun Dar al Hadist al Kamiliya (1222 M) yang mengajarkan pokok-pokok hukum dari berbagai mazhab Sunni, Madrasa al Salahiyah (129M) sebagai pusat pengajaran empat mazhab hukum serta mengdopsi sebuah kebijakan paham sunni terkait dengan pengakuan dan dukungan secara sepadan terhadap seluruh mazhab hukum sunni.
Daulah Fathimiyah waktu itu telah lemah tidak sanggub menghadapi tentara salib yang hendak mengusi Dunia islam. Raja Al-Adhid Li Dinillah telah tua dan sakit, meminta bantuan pada Nuruddin Zanki raja Syam. Nurudin mengutus Shalhuddin keponaknnya membawa angkatan bersenjata membantu Mesir. Dalam perjuangannya beliau berhasil sehingga kemudia menjadi sultan di mesir sebagi pendiri di Dinasti Ayyubiyah.
Perjuangan Shalahuddin sampai menjadi sultan dapat dibagi menjadi tiga periode:
1. Periode pertama, periode perjuangan Mesir.
Ia mengproklamirkan Mesir menyatu dengan pemerintahan Abbasiyah di Bagdad. Disini namanya menanjak sebagai pemersatu dunia islam yang tadinya terpecah menjdi Abbasiyah yang Sunni dan Fhatimiyah yang beraliran syi’ah.
Beliau berusaha melemahkan pengikut Khalifah dan mencari kepercayan rakyat yang kebanyakan dan pengikut aliran sunni.
2.
Periode kedua, peiode menghadapi Syria (1174-1186 M).
untuk mempertahnkan diri melawan pengikut Fathimah di Mesir dan melawan bahaya orang salib di Syria dan palestina, Salahuddin mendirikan benteng Kairo diatas bukit Muqattam yang paling barat. Tempat ini menjadi pusat pemerintahan dan kubu militer yang sanggub menangkis serangan luar. Ini adalah rencana Salahuddin untuk menghubungkan benteng ini dengan perbentengan Kairo kuno zaman Fhatimiyah dan memperluas benteng sehingga memagari letak kota Futsat sepanjang sungai Nil.
untuk mempertahnkan diri melawan pengikut Fathimah di Mesir dan melawan bahaya orang salib di Syria dan palestina, Salahuddin mendirikan benteng Kairo diatas bukit Muqattam yang paling barat. Tempat ini menjadi pusat pemerintahan dan kubu militer yang sanggub menangkis serangan luar. Ini adalah rencana Salahuddin untuk menghubungkan benteng ini dengan perbentengan Kairo kuno zaman Fhatimiyah dan memperluas benteng sehingga memagari letak kota Futsat sepanjang sungai Nil.
- Periode ketiga periode perjuanga di Pelestina (1186- 1193 M).
masa ini digunakan untuk perang suci melawan tentara Salib. Kebijaksanaan Solahuddin adalah membentuk persatuan negara Arab untuk mengusir orang salib. Dalam perang ini Shalahuddin selalu mengalahkan tentara salib sampai puncaknya menghancurkan mereka di Hittin dekat teberias tahun 1187 M.dan perang suci ini disudahi dengan perjanjian tahun 1192 di Ramleh dengan syrat-syarat:
a. yerussalem berada ditangan ummat islam, dan umat Kristen diizinkan menjalankan ibadah di tanah suci mereka.
b. Tentara salib mempertahankan pantai Syria dan Tyre sampai Jaffa.
c. Ummat islam mengembalikan harta rampasan Kristen kepada umat Kristen.
Setelah Salahuddin menjulang refutasinya ketika berhasil melawan tentara salib dengan mempersatukan pasukan Turki ,Kurdi, dan Arab.kota Yerussalem, 583/1187, kembali kepangkuan islam dari tangan tentara salib yang telah menguasinya 80 tahun lamanya. Salahuddian membagi kekuasaannya kepada sanak saudaranya sebelum meninggal, mereka masih tetap bersatu sehingga dapat mempertahankan kekuasaannya. Tetapi perselisihan inter keluarga Ayyubiyah setelah al-Khamil meninggal, yang sementara itu masih berlangsung perang salib, menyebabkan dinasti besar ini terpecah.
makasih yay!
BalasHapuskurang lengkap kak,
BalasHapuswaa makasih ya
BalasHapus