Iman Kepada Qada' Dan Qadar
Nabi bersabda :”Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk
memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat
tersebut kecuali yang telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila
mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa
memadharatkamu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah
atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta”. Di dalam hadits
Rasulullah inilah terdapat penjelasan tentang Qodho’ dan Qodar, maka
wajib bagi seorang hamba untuk mengimaninya. Allah ta’ala mengetahui
segala sesuatu yang dikerjakan hamba-Nya berupa kebaikan dan kejelekan
dengan terperinci dan ilmunya tidak didahului oleh ketidak-tahuan.
Dan Allah maha mengetahui apa yang menimpa seorang hamba dari kebaikan
(atau musibah) dan dia telah menuliskannya di lauhul mahfudz. Nabi
bersabda :”Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini
sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” (HR.
Muslim). Beliau juga bersabda :”Sesungguhnya makhluk pertama yang
diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya :
Tulislah (takdir semua makhluk ini -pent), maka sejak itupun berjalan
takdir Allah hingga hari kiamat” (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh
Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294)
Seorang
hamba tidak akan ditimpa oleh sesuatu pun dari kebaikan dan musibah
melainkan yang telah Allah takdirkan baginya. Barangsiapa yang akan
Allah beri kebaikan maka tidak ada seorang pun dari penghuni langit dan
bumi yang bisa menghalangi kebaikan tersebut, meskipun mereka
bersatu-padu. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al-Qur’an, “Katakanlah
: tidak ada yang menimpa kami melainkan yang telah Allah tuliskan
untuk kami” (QS. At-Taubah : 51).
“Dan
tatkala mereka masuk menurut yg diperintahkan ayah mereka, maka (cara
yg mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari
takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya’qub
yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan,
karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia
tiada mengetahui”. (QS.Yusuf : 68)
“Maka
Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami
telah mentakdir kan dia termasuk orang-orang yg tertinggal
(dibinasakan)”. (QS.An Naml : 57)
“Mereka
berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini ?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di
tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak
mereka terangkan kepadamu; mereka berkata : “Sekiranya ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita
tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah :”Sekiranya kamu
berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan
mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yg ada dalam dadamu dan untuk
membersihkan apa yg ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati”.
(Qs.Ali Imron : 154)
TENTANG QADHA’ DAN QADHAR
“Apakah di antara Qadha’ dan Qadar terdapat umum & khusus ?”
Istilah
Qadha’ bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadar dan sebaliknya
istilah Qadar bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadha’, Akan tetapi
bila dikatakan “Qadha-Qadar”, maka ada perbedaan di antara keduanya.
Hal ini banyak terjadi dalam bahasa Arab. Satu kata dapat bermakna yang
luas ketika sendirian dan punya makna khusus bila disatukan
(dikumpulkan). Sebagai contoh dapat dikatakan. “Bila keduanya bersatu
maka berbeda dan bila ke duanya dipisah maka bersatu”. Maka kata Qadha’
dan Qadar termasuk dalam kondisi seperti ini, artinya bila kata Qadha’
dipisahkan (dari kata Qadar), maka memuat Qadar dan sebaliknya kata
Qadar bila dipisahkan (dari kata Qadha’) maka memuat makna Qadha’. Akan
tetapi ketika dikumpulkan, kata Qadha’ bermakna sesuatu yang
ditetapkan Allah pada mahluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan
maupun perubahannya. Sedangkan Qadar bermakna sesuatu yang telah
ditentukan Allah sejak zaman azali. Inilah perbedaan antara kedua
istilah tersebut. Maka Qadar ada lebih dahulu kemudian disusul dengan
Qadha’.
(Disalin
kitab Al-Qadha’ wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha
dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin’, terbitan
Pustaka At-Tibyan)
note : artikel di atas telah dimuat dalam Labbaik, edisi : 025/th.03/Sya’ban-Ramadhan 1427H/2006M
Komentar
Posting Komentar